Rabu, 13 Mei 2009

ALLAH PAPUA BUKAN BERAGAMA TETAPI KOMUNIS

Isu Keagamaan
ALLAH PAPUA BUKAN BERAGAMA TETAPI KOMUNIS
By dety
Mar 8, 2006, 01:56


Bertolak dari pemahaman pribadi tentang siapa dan bagaimana Allah yang pantas untuk dimiliki orang Papua, maka Allah yang patut ditaati orang Papua adalah Allah yang kommunis. Kata "kommunis" memang sangat antipati di Indonesia dan di sejumlah negara yang menganut paham demokrasi Liberal, karena mereka terlanjur menelan isu mentah yang direkayasa oleh AS demi kepentingan proyek ekspansi ekonomi bagi negara-negara Blok Barat. Karena itu, di Indonesia ada PKI buatan AS melalui Inggris yang waktu itu berkuasa di Malaysia dan TNI-AD sayap Suharto yang pernah dididik SESKOAD-nya Amerika Serikat.

Padahal arti kommunis sesungguh ialah suatu kelompok masyarkat yang mempraktekkan kehidupan komunal. Kehidupan kommunal menuntu adanya kebersamaan, persaudaraan, kesatuan, persatuan, kesetaraan, yang saling membagi kasih kepada satu sama yang lain. Maka secara sosial dan ekonomi, padangan ini berusaha menghapus hak milik individu demi kepentingan bersama dengan kekecualian bahwa urusan pribadi tetap dihargai dan didukung negara yang disebut dengan kommunis sosialis itu.

Memang dalam pandangan Marx Muda, telah dibelokkan maksud Max Tua, sehingga seorang istri sekalipun terkesan milik bersama. Maka saya maksudkan "Allah Kommunis" tentu saja bertolak dari pemikiran Marx Tua. Marx Tua berusaha memperkenalkan paham demokrasi yang murni bahwa kesetaraan, kebersamaan, persaudaraan akan menciptakan kesejahteraan bila semua sumber ekonomi dikuasai negara dan semua hal yang berkaitan dengan kekuasaan berakar pada rakyat. Dengan demikian, keputusan negara adalah keputusan rakyat, bukan pemerintah.

Pemerintah hanya menjalankan keputusan rakyat, karena pemerintah dipilih dari rakyat, oleh rakyat, dan bekerja untuk kepntingan rakyat dengan menerima upaya yang setimpal dengan bobot kerjanya. Pandangan ini sebetulnya sangat kristiani betul jika ditilik dari sejarah lahirnya pandangan Marxisme di sejumlah negara di Eropa. Meskipun pandangan Marxisme Tua lebih pada kehidupan sosial ekonomi secara horizontal semata, karena itu agama bagi Marx adalah racun yang mematikan perjuangan dengan akal sehat, tetapi bukan berarti dia menyangkal eksistensi Allah.

Allah bagi Karl Marx Tua adalah Allah kommunis. Allah yang harus diwartakan melalui peraktek kehidupan komunal yang adil dan benar. Lantas, apa bedanya tutuntutan hidup konkrit dari marxisme dengan Teologi Kristiani. Dengan istilah dan gaya yang berbeda, apa yang dituntut oleh kedua pihak adalah sama, yaitu kebersamaan yang saling membagi kasih. Jika kita melihat Teologi Paulus dalam surat-suratnya, lebih menekankan unsur kesatuan dengan Allah secara pribadi dan kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sosial di masyarakat.

Oleh karena itu, ada istilah iman pribadi dan iman sosial. Iman pribadi menyangkut hubungan pribadi yang dibangun seseorang dengan Allah secara mendalam dan kemudian dapat diperaktekannya lewat hubungan sosialnya di masyarakat. Dengan demkian, ada tuduhan bahwa kommunis adalah ajaran hitam, tak ber-Tuhan, bejat, tidak menghargai hal milik pribadi adalah isu proyek negara Blok Barat di bawah pimpinan AS.

Demi kepentingan menguasai wiayah pemasaran dan bahan baku di negara-negara yang punya kekayaan alamnya bagi produk-produk AS dan sekutunya (Blok Barat), maka isu komunis harus direkayasa sedemikian rupa untuk mengalahkan negara-negara Blok Timur yang punya paham kommunis sosilis. Semua negara termasuk Indonesia menjadi takut, lalu menolak komunisme dan meneriman leberalisme ala negara-negara Blok Barat. Akibatnya, Sukarno harus ditolak oleh rakyatnya sendiri dengan tuduhan kommunis yang konotasikan oleh TNI-AD melalui media masa kepada seluruh kyai dan para tokoh agama lain di Indondonesia.

Untuk membuktikan kebenaran bahwa kommunis adalah jahat dan anti Tuhan, maka TNI-AD harus menciptakan peristiwa PKI di Madiun, G 30 S PKI di Bogor, Jawa Barat dll, agar kommunis memeng benar-benar ditolak oleh rakyat Indonesia. Ternyata, upaya tersebut telah berhasil dilakukan TNI-AD dibawah pimpinan Jenderal Suharto atas dukungan Ingris dan AS yang mewakili negara-negara Blok Barat yang berwatak kapitalis alias anti demokrasi yang diperjuangkan oleh kommunisme.

Kapitalisme menolak demokrasi yang menuntut hak ulayat, pemberdayaan budaya, adat-istidat, dan HAM sebagai bagian dari orientasi pemberdayaan ekonomi rakyat yang berakar pada Maexisme. Itu akan menjadi mimpi buruk dan buang-buang uang, karena kapitalisme hanya mengenal hukum: meningkatkan modal sebesar-besarnya demi pengembangan perusahaannya. Pada konteks ini, agama dan kemanuasiaan dibutuhkannya sebatas jalan masuk kepentingan ekspansi ekonominya di wilayah yang masyarakatnya agamis. Oleh karena itu, negara-negara kapitalis pada prinsip boleh beragama tetapi menolak kommunisme.

Agama bagi mereka bukan lembaga yang mekindungi kehidupan beriman umat Allah, tetapi lebih pada institusi yang mengurus kepentingan kekuasaan dan kaum bermodal di atas penderitaan kaum miskin dan tak berdaya. Makanya, jangan heran ketika agama di Indonesia lebih mengus kepentingan kelompok politik, ekonomi, ideologi, ketimbang membelah kaum tertindas sebagai perwujudan imannya.

Para pastor, pendeta, di Papua dan Indonesia pada umumnya tidak pernah berbicara banyak untuk membelah rakayat Papua dan daerah-daerah lain di Indonesia. Mereka lebih sibuk urus agama, tetapi sengaja melupakan ajaran iman yang menuntut kebersamaan dan persaudaraan yang aktif dan menyelamatkan. Karena itu, pantas pulalah para tokoh agama sejak dulu sampai saat ini anti kommunisme di Indonesia. Dari pemikiran di atas, jelaslah bahwa siapa yang membenci kommunisme secara sadar dan tahu arti kommunisme sebenarnya mengkhianatin imannya sendiri.

Bangsa ini telah mengkhianati Allah ketika tahu dan sadar komunisme yang pernah ada di Indonesia adalah komunisme yang direkayasa kapitalisme internasional. Lantas, patut dipertanyakan bahwa apa masuk akal jika kommunisme dan apitalisme sama-sama dibenci oleh sebagian besar orang Indonesia?

Lebih baik, orang Papua menjadi komunis ketimbang hidup beragama. Karena hidup kommunal lebih beriman, ketimbang beragama yang selalu hidup di atas masalah fanatisme demi kepentingan kekuasaan dan uang. Iman itu soal kesatuan personal dengan Allah dan musti diwujudkannya dalam kehidupan yang konkrit di masyarakat. Karena iman tanpa perbuatan adalah mati. Itulah Allah kommunis, Allah Papua yang menuntut kehidupan komunal: persauadaraan, kebersamaan, kesatuan dan persatuan untuk mewujudkan Papua Yang Merdeka.

Jadi, Allah Papua adalah Allah komunis, bukan Allah yang beragama. Sejak jemaat awal Tuhan tidak pernah mendirikan Gereja intitusi, kecuali Gereja umat Allah. Apalagi mendirikan agama, sama sekali nihil. Itu urusan insani, bukan urusan Illahi. Allah yang terinkarnasi dalam manusia Yesus dari Yahudi itu hanya menutut hubungan baik denganNYa dan hidup bersama sebagai saudara Kristus dari satu Allah Bapa di Surga. Itulah tawaran hidup dari Allah Kommunis.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda